Tradisionalisme Pesantren Di Tengah Arus Perubahan

Tradisionalisme dalam pesantren sesungguhnya merupakan jati diri pesantren tradisional itu sendiri. Sistem penerimaan santri, sistem pembelajaran, dan sistem pengelolaan pondok pesantren tradisional seharusnya berbasis realitas. Sistem penerimaan santri baru idealnya dilakukan secara selektif agar dapat mereproduksi calon-lalon kiai-cendikia, namun harus juga mengakomodir calon-calon santri yang memiliki motifasi tinggi dengan beragam latar belakang yang dimilikinya. Sistem pembelajaran di pondok pada umumnya terlalu egalitir dan tidak diimbangi pengawasan, sehingga santri seolah-olah bebas menentukan kehendak. Perkawinan model pembelajaran klasikal (modern) dan model wetonan-sorogan (tradisional) ternyata belum mampu membentuk habitus santri yang siap pakai di masyarakat. Pesantren tradisional harus dikelola secara professional, termasuk akuntabilitas, dan transparansi anggaran pun harus dikedepankan. Setidaknya, ada empat solusi artenatif agar tradisionalisme pesantren bisa lagi bertahan di era global, yakni; 1) pesantren fokus pada keahlian khusus; 2) pesantren mengembangkan interprenur; 3) pondok pesantren tradisional mencangkok lembaga persekolahan; 4) pesantren tradisional melembagakan pesantrennya. Selamat membaca, semoga tercerahkan.  Lihat lebih lanjut!

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *